Monday, 5 July 2021

PORTUGAL : EAT, LOVE AND PRAY

 oleh Buyung Tanjung

(backpacker amatir)


Judul ini jelas saya kutip dari filmnya Julia Robert, karena memang kayaknya pengalaman kami sekeluarga sebagai backpacker yang amatiran menjelajah Negeri Portugal memang terwakili di judul tersebut. Inilah kisah kami menjelajah Portugal: Eat, Love and Pray.



EAT

Kami mulai menjelajahi Portugal dări domisili kami di Groningen, Belanda bagian utara. Tujuan utama kami mengapa akhirnya menentukan Portugal; karena provokasi teman volunteer yang bekerja di second-hand shop, Terre des Hommes, sebuah organisasi nir-laba yang berkecimpung di isu Anak. Iraida namanya. Orang dari kepulauan Curacao. Dia bilang, di Portugal banyak pegunungan dań makanannya lezat-lezat serta murah. Mendengar kata "murah" maka mendidihlah nafsu backpacker saya. 

Singkat kata, tercapailah kesepakatan  bahwa Portugal adalah next destination acara backpacker keluarga kami. Setelah melalui perjalanan darat sejak pagi hari dări kota kami ke Amsterdam, kami lanjut perjalanan lewat Udara ke Lisboa, atau orang kita lebih suka menyebutnya Lisabon. Kami sengaja tidak memilih pusat kota Lisabon sebagai basecamp kami, karena beberapa kolega istri lebih menyarankan di daerah Alfama.  Daerah ini merupakan pinggiran Lisabon. Penginapan  dan makanan di daerah ini juga relatif lebih murah daripada di lisabon. Mengingat daerah pinggiran danau, wilayah ini mempunyai kontur tanah yang naik turun. Bagi yang suka jalan, pasti mengasyikkan; namun bagi yang nggak suka, nggak perlu cemas, banyak transportasi publik (trem) yang akan setia mengantar anda.



menu utama makanan  di daerah Lisabon adalah ikan-ikanan dan daging disertai dengan sayuran segar. Meski kebanyakan bahan makanan pokok mereka adalah kentang, namun nasi juga sangat mudah diketemukan di tiap restaurant yang ada. Harga satu porsinya relatif sama dengan harga satu porsi di Belanda sekitar 8 - 14 euro. Namun, dari sisi kuantitas makanan di Lisabon ini bisa dua kali lipat porsi di Belanda. Porsi "koeli" deh! 



Ada satu restaurant dekat penginapan kami, namanya O' Piteu.  Restauran ini selalu ramai. Kami coba melihat review restaurant ini. Banyak yang berkomentar restaurant ini bagus. Kami sekeluarga Penasaran juga. Tapi kami juga mempertimbangkan pengeluaran kami selama perjalanan di Portugal ini. Karena Penasaran dan bagian dari strategi menghemat ala backpacker, kami memutuskan untuk mencoba restauran ini di malam terakhir kunjungan kami di Portugal.  Tibalah saatnya kami mengunjungi restaurant ini. Kami sengaja datang lebih awal pada jam makan malam. Harapannya, tidak perlu antri untuk masuk. Tiba di depan restaurant, kami bertanya kepada salah satu pelayan, apakah masih ada meja untuk kami berempat? Setelah tengok-tengok sebentar, pelayan itu mempersilahkan kami untuk masuk. Ternyata didalam restaurant itu sudah penuh. Sebagian besar tamu menggunakan baju rapi sebagaimana jamuan makan malam. Waduh, agak minder juga nih, kok rapi-rapi tamunya? Tibalah saatnya kami memilih menu. Mungkin lebih tepatnya membaca harganya. OMG, ternyata tak disangka. Rata-rata harganya setara dengan makanan di restaurant sepanjang jalan. Bahkan saya berani merekomendasikan restaurant ini sebagai restaurant murah sekaligus terenak yang pernah kami kunjungi di Portugal. Porsinya? jangan tanya, tetap porsi besar...satu porsi cukup kita makan berdua. Sedikit nyesel juga, kénapa nggak kita coba sejak hari pertama ya? hahahhaha....



LOVE

Bicara cinta di Portugal, Maka sebaiknya anda mengunjungi istana Pena (Palacio de Pena), sebuah istana di puncak gunung kota Sintra. Disini anda akan menikmati masa kejayaan Romanticism di abad 19. Awalnya sebuah kapel atau Gereja kecil yang  didirikan oleh  para biarawan untuk perwujudan cinta kepada Bunda Maria (Our Lady of Pena) pada abad Pertengahan. Bangunan istana tersebut ketika hampir selesai dibangun pada tahun 1847, diintervensi dan  dirombak besar-besaran oleh Raja Ferdinand untuk dipersembahkan kepada Ratu Maria II. 

Tidak hanya kastil Pena, sebenarnya menyusur gunung di Sintra ini anda akan banyak menjumpai tempat wisata. Ada kastil bangsa moor, istana nasional Sintra, maupun pemandangan samudra atlantik bisa dinikmati dari puncak gunung ini.  antar tempat wisata itu kita akan menyusuri hutan-hutan yang cukup lebat. Karena letak antar tempat wisata ini saling berjauhan, anda bisa naik angkutan khusus wisata (hop on hop off bus)  dengan cukup membayar 10 euro/orang selama 24 jam keliling gunung ini. 

Turun dari Sintra, anda bisa meneruskan perjalanan ke Cascais, sebuah kota di pinggir samudera atlantik. Sebuah kota peristirahatan yang terletak dipinggir pantai. Pantainya berpasir dan merupakan pelabuhan kapal pesiar (marina) yang ramai. Sayangnya, kami tak bisa berlama-lama di pantai ini, mengingat kami harus kembali ke lisbon sebelum malam Hari. Terbayangkan, harus melewati hutan lagi di sepanjang perjalanan melewati gunung Sintra.....apalagi di malam Hari. 



PRAY

Nah, tibalah saatnya pada bagian berdoa. Sebagaimana keyakinan  penganut agama Katolik, mengunjungi Fatima adalah bagian dari ziarah ke tempat suci. Sebuah kota yang terletak 142 km sebelah utara Lisbon .  kota ini ramai dikunjungi oleh para peziarah sedunia terutama pada bulan perayaan Bunda Maria yang jatuh pada bulan Mei dan Oktober. Kami datang bukan pada bulan tersebut, maka relatif lengang. Tempat ini dipercaya sebagai tempat penampakan Maria kepada tiga Anak gembala yaitu: Lucia, Fransico dan Jacinta pada tahun 1917.  Lokasi tempat penampakan ini kemudian didirikan kapel, dan diberi tanda patung Bunda Maria (didalam kaca) sebagaimana tampak dałam foto dibawah ini. 



Pada bulan Mei dan/atau Oktober, kurang lebih ada 250 Ribu peziarah yang berkumpul di Lapangan Cova de Iria yang luasnya Bahkan dua kali lipat melebihi Lapangan saint Pieter di Vatikan. Di ujung Lapangan itu, tampak Gereja megah yang didirikan oleh arsitek dari Belanda Gerardus Samuel van Krieken dan mulai didirikan tahun 1928. 


 


Di dalam Gereja ini dimakamkan pula ketiga Anak yang mendapat penampakan tersebut. Lokasi makam Anak- Anak tersebut ada di Sebelah altar. 



Kota Fatima sendiri terkenal sebagai penghasil minyak olive nomer satu di daratan Eropa, maka tidak heran disekitar Kathedrale ini dikelilingi perkebunan pohon olive yang tumbuh subur. Keharuman baunya benar-benar melingkupi lingkungan ini. 


Diarah berlawanan Gereja ini, sebenarnya ada Gereja lagi yang lebih modern dan sangat luas. Memasuki Gereja ini, akan disambut sebuah garbang yang sangat besar terbuat dari kaca. Yang unik adalah, di kaca tersebut digrafier sebuah ayat dari Injil dari seluruh bahasa yang digunakan di Dunia ini. Lumayan lama juga kami mencari bahasa Indonesia (dan bahasa Belanda) dalam gerbang kaca tersebut. Anda juga bisa mencarinya Lewat foto ini, Selamat mencari ya.....



Memasuki Gereja ini terasa banget Kalau Gereja ini sangat luas. Ditata seperti amplitheater, interior Gereja ini tampak futuristic dengan corpus Yesus yang tergantung tanpa kayu salib dan terkesan terbang diawan-awan. 


Demikianlah perjalanan eat, love and pray kami menyusuri Portugal. Negara dengan kontur yang lengkap: gunung, lembah dan Pantai. Masyarakat yang ramah, tata kota yang klasik benar-benar akan memanjakan anda untuk menjelajahinya. Sampai bertemu pada perjalanan lainnya, salam dari backcpacker amatir! (BYG, 2021)

disclaimer: perjalanan  ini dilakukan sebelum pandemi lo ya!

NGEHITS (LAGI) KALA PANDEMIK : SUSU BERUANG

 



"poehan ingkang toelén, wetah boten tjampoeran, peresan saking lemboe ingkang sadonja saras pijambak. Langkoeng 45 taoen wonten Indija, kaanggep sae boten moetawatosi pijambak"

(Ind.transl.) susu ini asli, bukan campuran, dari lembu terbaik dan sudah 45 tahun ada di Hindia-Belanda.  

Diduga iklan tahun 40-an.




Praktik Baik Vaksinasi yang Inklusif dan Aksesibel bagi Penyandang Disabilitas

oleh  Buyung Ridwan Tanjung Vaksin COVID-19 kini menjadi kebutuhan penting masyarakat. Untuk itu, baik pemerintah dan masyarakat sipil bahu ...