Wednesday 15 August 2018

Jelajahi kanal tua menikmati kota Utrecht

Utrecht, mungkin sudah berulangkali kami sekeluarga mengeksplore kota ini. Tapi baru kali ini kami menjelahi Oudegracht (=kanal tua) yang dikelilingi bangunan-bangunan abad pertengahan yang masih terawetkan hingga sekarang, melalui perahu.  Sebuah pelajaran baru, bagaimana peradaban orang utrecht menata kotanya sepanjang kanal sejak dulu.

Utrecht, wis kerep sak keluargo mlaku-mlaku ing kutho iki. Nanging lagi saiki, numpak prau lewat oudegracht sing diubengi bangunan-bangunan abad pertengahan sing isih awet tekan saiki. Pelajaran  sing iso dipethik seko iki, piye carane kabudayan wong utrecht noto kutho pinggir kanal kawit jaman mbiyen. 

Penelusuran kota utrecht dimulai melalui oudegracht dibawah jembatan visbrug. Oudegracht sendiri sebenarnya dulu adalah cabang utama sungai Rhine. Karena sering banjir, maka sejak abad pertengahan dibangun kanal-kanal hingga abad ke sembilan belas. Tembok-tembok kanal inilah yang kemudian dimanfaatkan menjadi berbagai bangunan dan diatasnya sebagai jalan raya.  Bangunan-bangunan tersebut seperti berbentuk seperti gua yang memang berada dibawah tanah yang sebagian terhubung dengan bangunan diatasnya. Rumah, kafe, gudang hingga pabrik bir banyak memanfaatkan tempat tersebut. Pinggir kanal selalu dibatasi dengan trotoar, baru kemudian bangunan -bangunan yang terletak dibawah jalan raya. Berikut dibawah ini sebuah video pemandangan kota utrecht sepanjang oudegracht.

Prau mulai mlaku diwiwiti seko oudegracht neng ngisor visbrug. Oudegracht kui sajatine mbiyen kali Rhine. Amergo kerep banjir, mulo kui dibangin kanal tekan abad ke-19. Tembok-tembok kanal iki terus digunakake dadi bangunan lan ndhuwure didadekno dalan gedhe. Omah, kafe, gudang lan pabrik bir migunakake panggonan kui. Bangunan-bangunan kui koyo guo sing ning ngisor lemah lan sambung karo bangunan utowo omah neng ndhuwure. Pinggire kanal biasane diwatesi karo dalan cilik. Ing ngisor iki ono video pemandangan kutho utrecht turut Oudegracht.


Lama perjalanan 'boat trip' di kota utrecht kurang lebih satu jam dengan membayar sekitar sebelas euro/orang. Ticket box terletak disamping minimarket 'Albert Heijn to go'. Sebuah nasihat dari kawan lokal, untuk memilih tempat duduk bagian kiri lambung kapal. Karena posisi itulah yang akan mendapatkan pemandangan lebih banyak tentang kota ini. Disamping itu berusahalah menempati posisi antrian paling depan ketika akan memasuki kapal. Karena nantinya bisa memilih tempat duduk  di bagian yang tidak mempunyai atap, sehingga memudahkan anda untuk mengambil gambar-gambar dan merasakan kesejukan angin di musim panas ini.  Selamat mencoba! 

Suwene numpak 'boat trip' neng Utrecht iki kurang luwih sak jam, mbayare luwih-kurang sewelas euro sak uwong. Tuku tikete neng 'ticket box' jejere AH togo. Koncoku ngandhani nek lingguh mengko miliho sisih kiwo amergo luwih akeh pemandangane. Terus nek antri mlebu kapal sak iso mungkin paling ngarep supoyo iso milih lingguh paling mburi kapal sing ora ono tutupe. Ben iso foto-foto karo ngrasakke semilire angin Zomer. Cobanen! (BRT)

Monday 6 August 2018

Budaya BBQ-an di Belanda

Musim panas. Inilah musim dengan budaya BBQ di Belanda. BBQ (atau barbeque) dimaknai sebagai ajang ngumpul-ngumpul sambil bakar-bakar daging atau ikan. Sebuah riset  oleh BORD BIA menuliskan bahwa 69 persen orang yang tinggal di Belanda melakukan bebaqaran ini selama musim panas, yang pada akhirnya mengakibatkan Belanda dikenal sebagai negara BBQ.

Pakdhe Archie, diaspora jawa-suriname, yang memberikan kompor BBQ Weber ini.

BBQ dengan Grill ternyata hal yang berbeda. Grill itu bila kita membakar daging atau ikan mentah diatas api pembakaran, sehingga bahan mentah tersebut terbakar langsung. Kira-kira seperti proses pembakaran sate di Indonesia. Bedanya dengan BBQ, daging tidak dibakar diatas bara api tetapi melalui suhu panas pematangannya. Oleh karena itu dipergunakan alat BBQ yang khusus. Arang tidak diletakkan dibawah daging/ikan, tapi letaknya berseberangan. Kemudian ditutup rapat dan dibiarkan suhu panas keluar dari lubang kecilnya. Memang proses BBQ ini lebih lama, namun daging/ikan matangnya lebih merata hingga sampai kedalam dan bumbunya lebih meresap. Nah, dibawah ini ada video acara BBQ-an ala diaspora Indonesia di Groningen.


Ada lagi keunikan terkait budaya BBQ ini, bila kita mengamati  alat BBQ yang dipakai oleh orang Belanda. Hampir semuanya menggunakan alat yang berbentuk bola dan disangga dengan 3 kaki. Disitu tertera merk “WEBER”. Ternyata merek ini adalah nama perusahaan  (Weber-Stephen) yang dikelola  oleh sepasang suami-istri George Stephen dengan Marge  sebagai penemu pertama kompor BBQ ini. Ide ini berawal  tahun 1952 pada saat dia bekerja pada pabrik pembuatan pelampung kapal “Weber Brother Metal Works” di Chicago, Illionis. Dia melihat pelampung kapal yang terbuat dari metal kemudian membelahnya menjadi dua bagian. Satu bagian bawah untuk pemanasnya dan bagian atas untuk tutupnya. Kemudian dia menempatkan tiga kaki pada bagian bawah untuk menjaga kestabilannya. Jadilah alat BBQ yang digunakan hingga sekarang.


Berbicara mengenai budaya BBQ di belanda,  saatnya BBQ merupakan ajang kumpul dengan keluarga maupun teman-teman. Hal yang lumrah bila pada bulan April hingga akhir musim panas, kita akan menemui orang-orang yang duduk-duduk mengelilingi kompor BBQ di taman, halaman maupun di teras rumahnya. Orang-orang diaspora yang tinggal di Belanda juga biasa melakukan acara bebaqaran ini, maka jangan menolak kalo ada undangan, yuk saatnya bebaqaran… (BRT)

artikel terkait:
Reitdiephaven, rumah skandinavia di Groningen
Orang-orang diaspora Indonesia di Belanda
Sedulur jowo neng groningen
Menelusuri jalan-jalan berbau nama Indonesia di Groningen

Festival Kapal Layar di Harlingen

Diisi sebagain besar oleh air, Belanda memang kemudian menjadi tujuan berlabuh berbagai kapal tiang tinggi sejak dahulu. Balap sekaligus festival kapal layar internasional kali ini mampir ke Harlingen, sebuah kota pelabuhan di Friesland Belanda.


Berbagai kapal layar besar datang dari berbagai penjuru Eropa. Rusia, Inggris, Belgia, Jerman, Portugal dan lain-lain, tentu saja Belanda sendiri. Tidak kurang ada 17 negara ikut dalam ajang ini. Ajang Balapan yang dimulai dari Sunderland (Inggris) akan berhenti di dua perhentian yaitu Esbjerg (Denmark) dan Stavanger (Norwegia) sebelum finish di kota Harlingen (Belanda) sekaligus melakukan festival disana. Festival ini menghadirkan 59 perahu, sebagai pemegang rekor perahu tertua adalah "Loyal" dari Norwegia yang telah berumur 141 tahun. Sedangkan kapal terbesar dipegang dari Rusia yang bernama "Sedov" dengan panjang 123,1 meter.  Mengingat festival ini termasuk langka, jangan kaget bila ribuan orang akan memadati tempat ini.


Untuk melakukan perjalanan ke kota Harlingen dari Groningen menempuh tidak lebih dari dua jam. Dengan kereta stoptrein dari groningen central station berhenti di Stasiun Leeuwarden. Dari stasiun ini kemudian melanjutkan ke stasiun Harlingen Haven. Ada baiknya menggunakan "grup tiket" yang beranggotakan minimal 4 orang sehingga bisa memperoleh diskon limapuluh persen. Dengan diskon ini perorang akan membayar 7,5 euro sekali jalan.  Kereta akan berhenti di Harlingen Haven (pelabuhan) langsung, sehingga tidak perlu menggunakan sarana transport lainnya. Berikut dibawah ini video suasana kota Herlingen, kota kecil dengan pelabuhan besar.


Di dekat pelabuhan, cukup berjalan kaki, kita bisa menjangkau pusat kotanya. Akan banyak toko dan pusat jajanan dengan harga relatif terjangkau. Ada beberapa restaurant yang mempunyai view menghadap langsung pelabuhannya dengan harga yang sama namun porsinya kecil untuk ukuran makan orang Asia. Sedangkan bila anda mau jalan sedikit ke "centrum" kota, dengan harga yang sama anda bisa makan kenyang. (BRT)

Artikel terkait:

Praktik Baik Vaksinasi yang Inklusif dan Aksesibel bagi Penyandang Disabilitas

oleh  Buyung Ridwan Tanjung Vaksin COVID-19 kini menjadi kebutuhan penting masyarakat. Untuk itu, baik pemerintah dan masyarakat sipil bahu ...