Wednesday, 15 August 2018

Jelajahi kanal tua menikmati kota Utrecht

Utrecht, mungkin sudah berulangkali kami sekeluarga mengeksplore kota ini. Tapi baru kali ini kami menjelahi Oudegracht (=kanal tua) yang dikelilingi bangunan-bangunan abad pertengahan yang masih terawetkan hingga sekarang, melalui perahu.  Sebuah pelajaran baru, bagaimana peradaban orang utrecht menata kotanya sepanjang kanal sejak dulu.

Utrecht, wis kerep sak keluargo mlaku-mlaku ing kutho iki. Nanging lagi saiki, numpak prau lewat oudegracht sing diubengi bangunan-bangunan abad pertengahan sing isih awet tekan saiki. Pelajaran  sing iso dipethik seko iki, piye carane kabudayan wong utrecht noto kutho pinggir kanal kawit jaman mbiyen. 

Penelusuran kota utrecht dimulai melalui oudegracht dibawah jembatan visbrug. Oudegracht sendiri sebenarnya dulu adalah cabang utama sungai Rhine. Karena sering banjir, maka sejak abad pertengahan dibangun kanal-kanal hingga abad ke sembilan belas. Tembok-tembok kanal inilah yang kemudian dimanfaatkan menjadi berbagai bangunan dan diatasnya sebagai jalan raya.  Bangunan-bangunan tersebut seperti berbentuk seperti gua yang memang berada dibawah tanah yang sebagian terhubung dengan bangunan diatasnya. Rumah, kafe, gudang hingga pabrik bir banyak memanfaatkan tempat tersebut. Pinggir kanal selalu dibatasi dengan trotoar, baru kemudian bangunan -bangunan yang terletak dibawah jalan raya. Berikut dibawah ini sebuah video pemandangan kota utrecht sepanjang oudegracht.

Prau mulai mlaku diwiwiti seko oudegracht neng ngisor visbrug. Oudegracht kui sajatine mbiyen kali Rhine. Amergo kerep banjir, mulo kui dibangin kanal tekan abad ke-19. Tembok-tembok kanal iki terus digunakake dadi bangunan lan ndhuwure didadekno dalan gedhe. Omah, kafe, gudang lan pabrik bir migunakake panggonan kui. Bangunan-bangunan kui koyo guo sing ning ngisor lemah lan sambung karo bangunan utowo omah neng ndhuwure. Pinggire kanal biasane diwatesi karo dalan cilik. Ing ngisor iki ono video pemandangan kutho utrecht turut Oudegracht.


Lama perjalanan 'boat trip' di kota utrecht kurang lebih satu jam dengan membayar sekitar sebelas euro/orang. Ticket box terletak disamping minimarket 'Albert Heijn to go'. Sebuah nasihat dari kawan lokal, untuk memilih tempat duduk bagian kiri lambung kapal. Karena posisi itulah yang akan mendapatkan pemandangan lebih banyak tentang kota ini. Disamping itu berusahalah menempati posisi antrian paling depan ketika akan memasuki kapal. Karena nantinya bisa memilih tempat duduk  di bagian yang tidak mempunyai atap, sehingga memudahkan anda untuk mengambil gambar-gambar dan merasakan kesejukan angin di musim panas ini.  Selamat mencoba! 

Suwene numpak 'boat trip' neng Utrecht iki kurang luwih sak jam, mbayare luwih-kurang sewelas euro sak uwong. Tuku tikete neng 'ticket box' jejere AH togo. Koncoku ngandhani nek lingguh mengko miliho sisih kiwo amergo luwih akeh pemandangane. Terus nek antri mlebu kapal sak iso mungkin paling ngarep supoyo iso milih lingguh paling mburi kapal sing ora ono tutupe. Ben iso foto-foto karo ngrasakke semilire angin Zomer. Cobanen! (BRT)

Monday, 6 August 2018

Budaya BBQ-an di Belanda

Musim panas. Inilah musim dengan budaya BBQ di Belanda. BBQ (atau barbeque) dimaknai sebagai ajang ngumpul-ngumpul sambil bakar-bakar daging atau ikan. Sebuah riset  oleh BORD BIA menuliskan bahwa 69 persen orang yang tinggal di Belanda melakukan bebaqaran ini selama musim panas, yang pada akhirnya mengakibatkan Belanda dikenal sebagai negara BBQ.

Pakdhe Archie, diaspora jawa-suriname, yang memberikan kompor BBQ Weber ini.

BBQ dengan Grill ternyata hal yang berbeda. Grill itu bila kita membakar daging atau ikan mentah diatas api pembakaran, sehingga bahan mentah tersebut terbakar langsung. Kira-kira seperti proses pembakaran sate di Indonesia. Bedanya dengan BBQ, daging tidak dibakar diatas bara api tetapi melalui suhu panas pematangannya. Oleh karena itu dipergunakan alat BBQ yang khusus. Arang tidak diletakkan dibawah daging/ikan, tapi letaknya berseberangan. Kemudian ditutup rapat dan dibiarkan suhu panas keluar dari lubang kecilnya. Memang proses BBQ ini lebih lama, namun daging/ikan matangnya lebih merata hingga sampai kedalam dan bumbunya lebih meresap. Nah, dibawah ini ada video acara BBQ-an ala diaspora Indonesia di Groningen.


Ada lagi keunikan terkait budaya BBQ ini, bila kita mengamati  alat BBQ yang dipakai oleh orang Belanda. Hampir semuanya menggunakan alat yang berbentuk bola dan disangga dengan 3 kaki. Disitu tertera merk “WEBER”. Ternyata merek ini adalah nama perusahaan  (Weber-Stephen) yang dikelola  oleh sepasang suami-istri George Stephen dengan Marge  sebagai penemu pertama kompor BBQ ini. Ide ini berawal  tahun 1952 pada saat dia bekerja pada pabrik pembuatan pelampung kapal “Weber Brother Metal Works” di Chicago, Illionis. Dia melihat pelampung kapal yang terbuat dari metal kemudian membelahnya menjadi dua bagian. Satu bagian bawah untuk pemanasnya dan bagian atas untuk tutupnya. Kemudian dia menempatkan tiga kaki pada bagian bawah untuk menjaga kestabilannya. Jadilah alat BBQ yang digunakan hingga sekarang.


Berbicara mengenai budaya BBQ di belanda,  saatnya BBQ merupakan ajang kumpul dengan keluarga maupun teman-teman. Hal yang lumrah bila pada bulan April hingga akhir musim panas, kita akan menemui orang-orang yang duduk-duduk mengelilingi kompor BBQ di taman, halaman maupun di teras rumahnya. Orang-orang diaspora yang tinggal di Belanda juga biasa melakukan acara bebaqaran ini, maka jangan menolak kalo ada undangan, yuk saatnya bebaqaran… (BRT)

artikel terkait:
Reitdiephaven, rumah skandinavia di Groningen
Orang-orang diaspora Indonesia di Belanda
Sedulur jowo neng groningen
Menelusuri jalan-jalan berbau nama Indonesia di Groningen

Festival Kapal Layar di Harlingen

Diisi sebagain besar oleh air, Belanda memang kemudian menjadi tujuan berlabuh berbagai kapal tiang tinggi sejak dahulu. Balap sekaligus festival kapal layar internasional kali ini mampir ke Harlingen, sebuah kota pelabuhan di Friesland Belanda.


Berbagai kapal layar besar datang dari berbagai penjuru Eropa. Rusia, Inggris, Belgia, Jerman, Portugal dan lain-lain, tentu saja Belanda sendiri. Tidak kurang ada 17 negara ikut dalam ajang ini. Ajang Balapan yang dimulai dari Sunderland (Inggris) akan berhenti di dua perhentian yaitu Esbjerg (Denmark) dan Stavanger (Norwegia) sebelum finish di kota Harlingen (Belanda) sekaligus melakukan festival disana. Festival ini menghadirkan 59 perahu, sebagai pemegang rekor perahu tertua adalah "Loyal" dari Norwegia yang telah berumur 141 tahun. Sedangkan kapal terbesar dipegang dari Rusia yang bernama "Sedov" dengan panjang 123,1 meter.  Mengingat festival ini termasuk langka, jangan kaget bila ribuan orang akan memadati tempat ini.


Untuk melakukan perjalanan ke kota Harlingen dari Groningen menempuh tidak lebih dari dua jam. Dengan kereta stoptrein dari groningen central station berhenti di Stasiun Leeuwarden. Dari stasiun ini kemudian melanjutkan ke stasiun Harlingen Haven. Ada baiknya menggunakan "grup tiket" yang beranggotakan minimal 4 orang sehingga bisa memperoleh diskon limapuluh persen. Dengan diskon ini perorang akan membayar 7,5 euro sekali jalan.  Kereta akan berhenti di Harlingen Haven (pelabuhan) langsung, sehingga tidak perlu menggunakan sarana transport lainnya. Berikut dibawah ini video suasana kota Herlingen, kota kecil dengan pelabuhan besar.


Di dekat pelabuhan, cukup berjalan kaki, kita bisa menjangkau pusat kotanya. Akan banyak toko dan pusat jajanan dengan harga relatif terjangkau. Ada beberapa restaurant yang mempunyai view menghadap langsung pelabuhannya dengan harga yang sama namun porsinya kecil untuk ukuran makan orang Asia. Sedangkan bila anda mau jalan sedikit ke "centrum" kota, dengan harga yang sama anda bisa makan kenyang. (BRT)

Artikel terkait:

Wednesday, 18 July 2018

Orang-orang Diaspora Indonesia di Belanda


Menghadiri acara nikahan keluarga diaspora di Groningen itu memang beda. Bahasa Belanda, Inggris, Indonesia dan bahasa jawa akan bergantian masuk kuping kita. Saking campur aduknya bahkan kita akan lupa bahasa apa yang sedang kita ucapkan. Kepada orang ini pake bahasa Indonesia, pindah meja pakai Inggris atau belanda, ketemu pakdhe-budhe itu ya harus bahasa jawa. Tapi lupakanlah masalah perbedaan bahasa, ada satu yang menyatukan yaitu masakan Indonesia. Itu!

Marani acara kawinan keluargo diaspora pancen bedo. Boso londo, Inggris, Indonesia lan boso jowo gentenan mlebu kuping kiwo-tengen. Saking campur baur malah awake dhewe lali nganggo boso sing endi. Dingo wong iki nganggo boso Indonesia, pindah mejo nganggo boso Inggris utowo londo, ketemu pakdhe-budhe kae yo kudu boso jowo. Wis ben, rasah dipikir boso-boso kui, ono siji sing marai podho, yaiku lawuh lan janganan Indonesia.



Orang-orang diaspora di Belanda memang telah eksis sejak lama.  Ada lima kelompok yang masuk orang diaspora menurut catatan the Indonesian Diaspora Network- The Netherlands. Generasi pertama yang bermigrasi ke Belanda kurun 1946-1968. Saat ini diperkirakan ada sekitar 125 ribu dari sekitar 300 ribu orang Indonesia yang bermigrasi ke Belanda gelombang pertama hingga kelima. Ini adalah kelompok yang pertama. Kelompok kedua adalah generasi kedua (anak) dan ketiga (cucu) dari generasi pertama diatas. Sekitar  275 ribu untuk generasi kedua sedangkan generasi ketiga ada 1,3 juta orang.

Wong diaspora neng londo pancen wis ono kawit mbiyen. Ono limang kelompok sing mlebu wong diaspora manut tulisane the Indonesian Diaspora Network- The Netherlands. Generasi kapisan kui wong-wong sing pindah neng londo antarane taun 1946-1968. Kurang luwih ono 125 ewu saiki. Mbiyen ono 5 rombongan sing migrasi neng londo sing akehe 300 ewu uwong. Kelompok keloro kui generasi keloro (anak) lan ketelu (putu) seko generasi kapisan ndhuwur mau. Ono 275 ewu geherasi keloro lan generasi ketelu ono 1,3 jiwo.

Kelompok ketiga adalah warga negara Indonesia yang datang ke Belanda dengan beragam alasan, seperti belajar, menikah, atau bekerja. Ada yang tinggal sementara, ada juga yang tinggal secara permanen di Belanda. Jumlahnya ada sekitar 17 ribu orang. Sedangkan kelompok keempat yaitu orang Maluku (Moluccans) yang migrasi ke Belanda pada tahun 1951. Awalnya ada 12.500 orang. Saat ini mereka ada pada generasi keempat. Jumlahnya di Belanda saat ini ada sekitar 65 ribu orang. 
Kelompok ketelu kui uwong warga negoro Indonesia sing teko neng londo amarga rupo-rupo alesan, koyoto kuliah, kawin, utowo kerjo. Ono sing mapan sakwetoro, ono ugo sing mapan sakteruse neng londo. Jumlahe ono 17 ewu uwong. Kelompok kepapat kui wong maluku sing pindah neng londo taun 1951. Mulane ono 12.500 wong. Saiki wis ono ning generasi kepapat, jumlahe sekitar 65 ewu uwong saiki.

Kelompok terakhir adalah orang Jawa Suriname yang datang ke Belanda. Jumlahnya kini 83.000 orang. Mereka sebagian besar tinggal di Groningen, Amsterdam, Hague, Rotterdam, dan Zoetermer. Mereka berbaur dengan masyarakat  Belanda dan di saat yang bersamaan tetap mempertahankan identitas Jawa mereka. Secara keseluruhan orang-orang diaspora ini mencapai sepuluh persen dari warga Belanda.
Kelompok kelimo kui wong jowo-suriname sing urip neng londo. Jumlahe saiki ono 83.000 wong. Akeh-akehe mapan neng Groningen, Amsterdam, Hague, Rotterdam lan Zotermer. Uwong-uwong kui campur-ajer karo wong londo lan isih nguri-uri kabudayan jowo. Jumlah sak kabehe wong diaspora kui nganti sepuluh persen seko jumlahe wong londo.


Acara pernikahan dengan menu masakan Indonesia pastilah akan menyatukan kelima kelompok ini. Tidak perlu pidato yang panjang lebar, cukup sambutan selamat datang langsung makan-makan dan ngobrol melepas kangen. Rendang, ikan asam-manis, gudangan, sate lontong, bakmi goreng jawa, nasi putih, krupuk, bakso dan siomay, seolah sebagai menu wajib. Mengenai rasa, jangan ditanya. Meski mereka telah lama hidup di negeri susu dan keju, tapi cita rasa rempahnya tetap sangat-sangat meng-Indonesia. Apalagi kalo ada sambalnya, harus sedikit waspada, karena seringkali dicampur dengan cabe ‘madame-janette’ yang pedesnya berlipat-lipat daripada cabe rawit. Kenapa? Ya karena inilah cabe favorit orang-orang jawa-suriname. Oooh.

Acara kawinan nganggo lawuh-janganan Indonesia mesti agawe manunggal  limang kelompok iki. Ora perlu nganngo pidato dowo, cukup maturnuwun sampung ngrawuhi nikahan, langsung diteruske mangan lan ngomong-ngomong karo poro sedulur. Ono rendang, iwak asem-legi, gudangan, sate lontong, bakmi goreng, sego, krupuk, bakso lan siomai dadi menu kang kudu ono. Nek masalah roso ojo ditakoni. Sanadyan uwong-uwong kui wis suwe urip neng negoro susu lan keju, ananging bumbu rempahe isih mantep koyo lawuh-janganan neng Indonesia. Opomeneh nek nemu sambel, kudu rodo ati-ati, amergo kerep dicampur nganngo Lombok “madame Jeanette” sing pedese ngluwihi Lombok rawit. Lha kok iso? Iyo, soale iki lombok kesenengane wong-wong jowo-suriname. Woalah… (BRT)


Baca juga artikel lainnya:

Monday, 2 July 2018

Ada Indonesia pada Balap Perahu Tenaga Surya di Belanda

(Ono Indonesia neng balapan prau tenogo "solar"  ing Belanda)

Tanpa banyak publikasi, Tim yang terdiri dari sepuluh mahasiswa dari Institut Teknologi Sepuluh Nopember, Surabaya, mengikuti lomba perahu tenaga surya yang diadakan dua tahun sekali di Belanda. Grup yang digawangi oleh Fakultas Teknologi Kelautan dan Fakultas Teknologi Elektro pada hari sabtu  (30/06/2018) bersama-sama dengan berbagai tim dari negara-negara Eropa dan timur-tengah  berkompetisi untuk adu cepat dan adu ketahanan di Groningen, sebuah kota di ujung utara Belanda.

Ora nganggo kakean reklame, tim sing isine sepuluh mahasiswa seko Institut Teknologi Sepuluh Nopember, Suroboyo, melu lomba perahu tenogo matahari sing dianakke rong taun pisan neng Londo. Grup iki dibentuk seko Fakultas Teknologi Kelautan karo Fakultas Teknologi Elektro dino sabtu wingi (30/06/2018) melu lomba adu cepet lan adu ketahanan neng Groningen, kutho neng pucuk lor-e londo. 
Pilot Hafids dari ITS dengan perahu Jalapatih 3

Lomba  perahu tenaga surya ini melombakan empat kelas, Young solar challenge, V-20,  A-class dan TOP-class.  Sedangkan tim-tim yang mengikuti lomba ini meliputi 22 tim dari delapan negara antara lain Belanda, Portugal, Spanyol, Turki, Maroko, Bahrain, Polandia dan Indonesia.  Ada 5 seri dalam kompetisi ini yaitu di Akkrum, Punmerend, Groningen, Leeuwarden dan Monaco. Tim Indonesia dengan perahunya yang bernama Jalapatih 3, bergabung dalam A-class dengan captain tim Fadil  sebagai satu-satunya tim  yang mewakili benua Asia. Tim dari ITS ini merupakan keikutsertaannya yang ketiga setelah tahun 2014 dan 2016.

Lomba prau tenogo matahari iki dianakke ono 4 kelas, Young solar challenge, V-20,  A-class dan TOP-class. Tim liyane sing dadi sainganne ono 22 tim seko 8 negoro koyo Belanda, Portugal, Turki, Maroko, Bahrain, Polandia lan Indonesia. Ono 5 seri neng lomba iki yaiku neng Akkrum, Punmerend, Groningen, Leeuwarden lan Monaco. Tim seko Indonesia iki praune dijenengi Jalapatih 3, melu neng A-class karo kapten tim sing jenenge Fadil. Tim iki siji-sijine sing wakili seko asia, ugo wis melu lomba sing podho kawit tahun 2014 lan 2016. 


Video " twee minuten" solar sport one  yang diselenggarakan di Belanda
 music credit: www.bensound.com - summer

Tim Indonesia dengan Nomer lambung A20  memulai startnya dengan apik. Masing-masing peserta harus melakukan time-trial selama satu setengah jam untuk empat putaran (kurang lebih lima kilometer) yang harus dilewati. Sayangnya pada putaran  ketiga, perahu yang dipiloti oleh Hafids ini sempat menabrak pelindung jembatan yang menyebabkan kerusakan pada lambung perahunya. Kerusakan ini menggores cukup dalam badan perahu yang terbuat dari fiberglass. Meski tidak sampai merusak panel surya perahu Jalapatih, namun cukup mempengaruhi waktu yang ditentukan oleh panitia lomba. Dengan demikian tim ini tidak bisa melanjutkan perlombaan.

Tim Indonesia nganggo nomer lambung 20 mulai start-e kanti apik. Kabeh pemain kudu nyoba time-trial siji setengah jam dinggo patang ubengan (kurang luwih limang kilometer) sing kudu dilewati. Ngepasi liwat ubengan ketelu, prau sing dipiloti mas Hafids iki nabrak bates kreteg. Praune  sing seko fiberglass iki kegores jero,  ananging ora nganti ndadekke "koco panel matahari" -e rusak. Praune isih tetep iso mlaku ningo nambahi bates wektu sing wis dibatesi karo panitia lombane. Mula kui tim iki ora iso neruske lombane.
salah satu peserta lomba di TOP-class

Untuk sprint competition, Jalapatih 3  mencatat waktu kurang dari dua puluh detik. Hasil nilai perolehan sementara dari seri Groningen tim ITS solar marine ada pada peringkat 12 dari 22 peserta dengan masih 2 seri tersisa di Leeuwarden dan Monaco. (BRT)

Jalapatih 3 oleh biji mergo iso nyatetke wektune kurang seko 20 detik neng Sprint-competition. Biji sementara neng seri Groningen iki, tim seko ITS solar marine ono ing urutan 12 seko 22 peserta lomba, lan isih ono 2 seri kang dianakke neng Leeuwarden lan Monako. (BRT)

Tim ITS solar marine saat berkunjung ke rumah penulis



Berita terkait:

Thursday, 21 June 2018

Sedulur jowo neng Groningen


Pisanan sing kudu dikandhakke menawa tulisan iki sengojo ditulis nganggo boso jowo-ngoko (karo boso Indonesia) supoyo sedulur-sedulur keturunan jowo-suriname iso melu moco tulisan iki. Tulisan cekak sing isine pengalaman pasuduluran karo wong jowo-suriname sing urip neng Groningen nagari Londo.

Pertamakali yang perlu disampaikan adalah bahwa Tulisan ini ditulis dalam bahasa jawa-ngoko (dan bahasa Indonesia) supaya saudara-saudara keturunan jawa-suriname bisa menikmati tulisan ini juga. Sebuah tulisan pendek tentang pengalaman kami berinteraksi dengan orang jawa suriname di belanda khususnya di Groningen.



Groningen mbiyen kui salah siji neng kutho kang dadi tujuanne uwong-uwong keturunan Jowo-Suriname sing milih manunggal karo Londo pas arep kamardikan Negoro Suriname seko Londo taun 1975. Amarga kui gampang olehe ketemu wong jowo-suriname neng Groningen.
Groningen adalah salah satu kota tujuan imigrasi orang-orang jawa suriname yang memilih berintegrasi dengan Belanda menjelang kemerdekaan Negara Suriname dari Belanda pada tahun 1975. Oleh karena  menjumpai orang-orang keturunan jawa suriname bukanlah hal yang sulit.

Koyo kulinane wong jowo, aku ngundang wong-wong kui koyo pakdhe, budhe utowo simbah. Ono pakdhe Archie sing lagi sibuk ngemong putune, ono pakdhe Herman karo budhe Ari sing usaha catering, utowo pakdhe Dakir karo budhe Sumini sing lagi pension seko pagaweane. Sak tenane isih akeh pakdhe-budhe sing aku kenal, ananging sing paling cedhak yo kui.
Sebagaimana kebiasaan orang jawa , kami biasanya memanggil mereka seperti pakdhe, budhe atau eyang. Ada pakdhe Archie yang sedang sibuk memelihara cucu barunya, ada pakdhe herman beserta budhe ari yang pengusaha catering, atau ada pula pakdhe dakir dan bu Sumini yang baru saja pension. Sebenarnya masih banyak pakdhe dan budhe lain yang kami kenal, tapi memang merekalah yang paling intens bergaul dengan kami.

Ono cerita lucu, nalika salah sijining kamar seko omahe salah siji pakdhe kui arep disewo karo mahasiswa Indonesia. Mahasiswa kui isane ngomong nganggo bahasa Inggris karo boso Indonesia. Liya kadadean, pakdhe kui isane nganggo boso Londo karo …..boso jowo! Akhire  kepeksane kudu nggolek penerjemah boso Indonesia ning boso jowo. Hahahha. Isih ono cerita lucu meneh sing ono raketanne karo boso jowo. Mahasiswa-mahasiswa Indonesia sawetara wektu arep nggawe acara. Acara kui butuh keyboard sing arep dijupuk neng omahku. Nah, ono pakdhe sing seko jowo-suriname kui nduwe oto arep dingo njupuk keyboard. Aku wis ngiro, mesti antara pakdhe karo mahasiswa sing arep njupuk keyboard kui do ora omongan. Mbasan tekan omahku, antarane pakdhe karo aku ngomong nganggo boso jowo, mahasiswa sing asale seko Jawa Timur kui ndomblong ra ngiro. Hahaha….
Salah satu pengalaman lucu, adalah ketika salah satu kamar dari rumah dari pakdhe tersebut mau disewa oleh mahasiswa Indonesia. Rupanya mahasiswa tersebut hanya bisa bahasa Inggris dan bahasa Indonesia. Disisi lain, pakde ini hanya bisa berbicara bahasa Belanda dan ….bahasa jawa! Yah terpaksalah cari mahasiswa Indonesia yang bisa jawa. Hahaha. Masih ada cerita lucu lagi tentang bahasa jawa ngoko ini. Suatu hari, mahasiswa-mahasiswa Indonesia mau bikin acara. Dan acara itu membutuhkan keyboard yang akan diambil  dari rumah saya. Kebetulan salah satu padhe jawa-suriname ini punya mobil untuk mengambil kdeyboard itu. Saya menduga tidak banyak  komunikasi saat dalam perjalanan menuju rumah saya. Yang jelas, saat saya berbincang dengan pakdhe itu dengan bahasa jawa-ngoko, kontan anak mahasiswa yang dari jawa timur terbengong-bengong keheranan. Hahaha….

Isih ono siji maneh cerita   lucu naliko nekani lemah leluhure neng jowo. Wektu salah sijineng keluarga jowo-suriname iku preinan neng Indonesia. Miturut pituture simbah mbiyen, nek mbah buyute asale seko ndeso Godean Ngayogyakarta. Mulo  diparani ndeso Godean kui. Tekan pasar Godean, podho bingung. Kok bingung, pakdhe? Pitakonku. Jebulane podho ora ngiro sing jenenge ndeso Godean kui jembare seprapate propinsi Groningen! Hoalahhhh….
Masih ada cerita lucu lagi tentang apa yang terjadi bila mereka mengunjungi tanah leluhurnya di Jawa. Pada suatu kesempatan ada salah satu keluarga jawa-suriname ini liburan ke Indonesia. Berbekal informasi dari kakek-neneknya dulu bahwa kakek nenek buyutnya berasal dari Desa Godean Yogyakarta, mereka menuju ke daerah itu. Mereka bercerita kalau sesampai di pasar Godean, mereka kebingungan. Kenapa? Tanya saya. Mereka tidak mengira ternyata yang namanya  desa Godean itu luasnya seperempatnya provinsi Groningen! Hoalahhhh …..


Siji meneh sing podho karo awake dhewe sing urip neng jowo, naliko sedulur jowo-suriname iki do ngumpul. Mangan-mangan karo karaokenan tembang campursari! Panganan sing ditawakke ono gudangan, soto bening, sambel goreng kentang karo…..dawet. Meriah koyo jagongan neng  ndeso, pokokmen. Neng ngisor iki ono video sing isine kumpulan sedulur –sedulur jowo-suriname neng Groningen. Bedankt
Satu lagi hal yang menarik apabila mereka berkumpul. Ternyata sama dengan kita yang tinggal di Jawa; makan-makan dan karaoke-an lagu-lagu campursari! Makanan yang disajikanpun tradisional, ada gudangan, soto bening, sambal goreng kentang dan…. dawet.  Meriah pokoknya, serasa sedang jagongan di desa. Dibawah ini ada video tentang kehidupan orang-orang jawa-suriname di Groningen dalam twee-minuten. Bedankt (BRT)


Sunday, 17 June 2018

Wisata sambil Jualan di Oosterport Jaarmarkt


Menghabiskan liburan weekend tidak mesti menghabiskan uang. Jaarmarkt (pasar tahunan) yang diselenggarakan di Oosterport-Groningen tidak hanya  menjadi sarana rekreasi  keluarga tapi juga untuk meraup untung.



Bila kita wisata di Belanda jangan lewatkan pasar tahunan di tiap-tiap kota. Kali ini di Oosterport, sebuah wilayah di daerah Groningen, menyelenggarakan jaarmarkt atau pasar tahunan. Diselenggarakan oleh pengurus lingkungan setempat (Oosterportbuurt), sepanjang jalan meeuwerderweg ditutup untuk acara tahunan ini.

Bagi keluarga Belanda, menjual barang-barang yang sudah tidak terpakai lagi bukanlah hal asing. Barang-barang yang masih bisa dipakai hingga berkatagori  ‘antik’ bisa mudah didapat dari berbagai rumah tangga. Keluarga-keluarga tersebut biasanya menggunakan event-event seperti hari kemerdekaan, pasar natal, maupun pasar tahunan seperti ini. Semangat untuk mengolah dan menggunakan barang-barang bekas sehingga meminimalisir sampah, rupanya ditanam dalam tradisi keluarga. Ada semangat lain yang patut ditiru saya kira, bagaimana anak-anak diajari menghasilkan uang dari usaha mereka sendiri. Maka jangan heran pula bila dalam acara-acara seperti ini, akan banyak ditemui anak-anak yang berjualan mainan, cd, buku dan lain-lainnya.

Kami termasuk yang tertarik menerapkan konsep ini dalam keluarga. Bangun pagi, menyiapkan barang-barang yang akan dijual dan ‘Let’s go’ menuju lokasi. Sampai lokasi, ternyata sudah banyak tenda-tenda yang terpasang. Beberapa bahkan telah menggelar lapaknya. Ternyata kewalahan juga mencari panitia penyelenggara. Sepeda kami penuh dengan muatan, rasanya kesusahan mencari panitia. Belum lagi kami mendapat lokasi untuk menggelar lapak kami. Dalam website disebutkan, kalau ingin berjualan barang bekas, cukup melapor ke panitia dua jam sebelum acara dimulai. Akhirnya setelah ketemu panitia, ibunya anak-anak minta lokasi yang teduh karena kemungkinan akan hujan menurut perkiraan cuaca hari itu. Sedangkan kami bukan penjual professional, nggak punya tenda jualan. Tanpa diduga, sang panitia memberi lokasi yang luar biasa…yaitu di halte bus! Thanks God! Dan dibawah ini ada video “twee minuten” yang bisa dinikmati tentang suasana Jaarmarkt di Oosterport. Tot Ziens! (BRT)


music credit: www.bensound.com

Saturday, 9 June 2018

Kuda om Lukas, simbolnya kota Groningen.

Hampir semua kota di dunia ini mempunyai simbol. Simbol yang unik ternyata juga dimiliki oleh Kota Groningen. Selain Menara Martini, kota ini juga punya simbol yaitu seekor kuda, lebih tepatnya kudanya Om Lukas.


Sebuah catatan Historiek yang mengangkat judul “Het Peerd van Ome Loeks – Symbool van Groningen” menjelaskan asal-usul  mengapa kota Groningen menjadikan kuda ini sebagai symbol. Sebenarnya kuda ini terlebih dahulu disebut-sebut namanya dalam lagu tradisional warga Groningen sekitar tahun 1900-an. Sebuah lagu yang menceritakan kejadian tragis kematian seekor kuda oleh pemiliknya, namun dinyanyikan dengan ketukan dan nada riang gembira ala anak-anak menyambut sinterklas.
Kuda om Lukas di Stationplein Groningen

Meski tidak menyebut namanya secara lengkap siapa “loeks”itu, tapi diduga “loeks”adalah nama panggilan dari Lukas "Loeks" van Hemmen  yang hidup tahun 1876 hingga 1955. Lukas memiliki bar “De Slingerij” di Groningen. Sebagaimana orang kaya di kota, dia juga memiliki kuda pacu yang bernama Appelon. Suatu hari, kuda tersebut menendang perawatnya hingga cedera. Saking marahnya, dipukulah kuda tersebut oleh Lukas dengan kayu hingga mati beberapa hari kemudian. Pada saat mayat kuda tersebut diangkat dan hendak dikuburkan, beberapa anak laki-laki menyanyikan sebuah lagu karangan mereka sendiri dengan irama sebagaimana ketika anak-anak menyambut kedatangan sinterklas. Lagu itulah yang kemudian diberi judul Het Peerd van Ome Loeks yang berarti ’kudanya om Luks’.
Kuda om Lukas di samping Katedral St. Joseph Groningen


 Patung peringatan terhadap kuda ini dan sekaligus  sebagai simbol kota Groningen dapat ditemui di dua tempat yaitu di depan stasiun kereta api Groningen HS dan satu lagi disamping gereja kathedral St. Joseph Groningen. Patung kuda di stationsplein dirancang oleh Jaan de Baat (1921-2010) sedangkan disamping kathedral dirancang oleh Wladimir de Vries (1917-2001). Ada cerita menarik disaat peresmian patung kuda dengan om loeks tahun 1959, seorang anggota dewan kota menolak peresmian ini demikian pula halnya dengan pihak perguruan tinggi juga menganggap tidak etis merayakan kematian seekor kuda secara tragis menurut lagu yang terkenal. Berikut sebuah video dua menit tentang penampilan dua patung kuda symbol kota Groningen dibawah ini. Totzien!(BRT)


Sunday, 3 June 2018

Hengelo Menyanyi


Festival paduan suara   terbesar di Belanda yang  diselenggarakan di  kota Hengelo berlangsung meriah (2 Juni). Menampilkan kurang lebih seratus kelompok paduan suara  dari berbagai penjuru Belanda dipertunjukan pada sembilanbelas panggung. Tambah  meriah lagi, festival kota tahunan ini dibarengkan dengan final lomba paduan suara paling bergengsi di Belanda yaitu Nederlands Koorfestival (NKF).


silahkan baca tentang: Nederlands koorfestival !

Acara yang bertujuan untuk mempromosikan kota Hengelo, sebuah kota di bagian timur Belanda. Kota kecil yang terletak di provinsi Overrijssel ini merupakan jalur utama kereta api Internasional antara Amsterdam ke Hannover di Jerman.  Maka tidak heran, festival ini juga banyak didatangi turis-turis dari negara tetangganya, Jerman.

Panggung-panggung pementasan tidak hanya outdoor saja, untuk pementasan paduan suara yang beraliran klassik dan gospel mengambil tempat di Lambertusbasiliek (basilica santo Lambertus). Yang menarik  adalah pada saat terjadi pemboman kota ini oleh sekutu pada Perang Dunia II, satu-satunya bangunan yang luput dari kehancuran yaitu basilika ini. Pementasan indoor lainnya yaitu final lomba koor NKF yang mengambil tempat di Schouwburg Hengelo.


Layak memang, acara yang dikemas apik oleh pemerintah kota dan didukung oleh cuaca yang indah, benar-benar membuat kota Hengelo seolah-olah bernyanyi. Berikut video suasana kota Hengelo Bernyanyi yang dikemas dalam 'tweeminuten' dibawah ini. Sampai ketemui lagi di agenda kota yang lain! (BRT)


music: www.bensound.com



Friday, 18 May 2018

Kermis, Pekan Raya di Belanda yang Telah Berumur Sembilan Abad


Mengunjungi Belanda pada bulan mei tidak hanya akan disuguhi mekarnya bunga tulip, tetapi ada pula kermis di tiap kota. Kermis, arti harafiahnya bisa disebut sebagai pekan raya. Sebanding dengan pasar malam bila di Indonesia, atau mungkin hampir serupa dengan sekaten di Solo maupun di Jogja.



Sejarah kermis di Belanda sendiri diawali dari sebuah desa di Wijk bij Duurstede, yang merupakan bagian dari wilayah Provinsi Utrecht pada 26 Juni 1023. Sebuah tradisi yang sudah berlangsung selama sembilan abad, ternyata. Kermis itu sendiri pada awalnya diselenggarakan dalam rangka memperingati berdirinya Gereja Santo Martin (st.marteenkerk. domkerk) di Utrecht. Hasil peneluran penulis tanjung jelajah, pada tahun 1023 tersebut bertepatan dengan dikonsekrasikan (=pen-suci-an) gereja katedral tersebut oleh Uskup Adalbold II van Utrecht.
Domkerk di Utrecht, cikal bakal kermis di Belanda

Kermis kemudian tidak hanya diselenggarakan pada musim panas, sebagaimana sejarah tersebut diatas. Pada bulan-bulan di musim dingin pun seperti bulan Desember misalnya, juga diadakan. Di Groningen, kermis tahun ini diselenggarakan pada bulan Mei atau sering disebut dengan Meikermis. Ada tiga alun-alun (lapangan) yang digunakan yaitu di Grotemarkt, vismarkt dan Ossenmarkt. Dua tempat yang berdekatan yaitu Grotemarkt dan Vismarkt mengusung tema modern, sedangkan di Ossenmarkt mengusung tema pekan raya nostalgia (Nostalgische kermis).
Wahana meikermis di Groningen 2018

Kermis di Groningen diselenggarakan selama sepuluh hari. Berbagai atraksi dan permainan akan menghibur para pengunjung terutama anak-anak dan remaja. Jajanan khas belanda juga mudah ditemui dari oliebollen, haring, hingga yang kekinian seperti curos dan frites.
Berbagai anjungan permainan ketangkasan di Meikermis Groningen 

Harga tiket wahana permainan sekitar €2 untuk anak-anak dan €2.5 untuk dewasa. Namun untuk kermis nostalgia di Ossenmarkt, semua wahana dibandrol  €1 untuk segala usia. Kermis akan dibuka mulai sekitar pukul 12 siang dan berakhir sekitar pukul satu dinihari selama sepuluh hari.  Okey, sampai ketemu disana! (BRT)


Sunday, 13 May 2018

Lagu Perfect - Angklung group PPI Groningen


Indonesian day 2018 diselenggarakan pada 12 Mei 2018 di Convention Center & Conference Center Hanze Plaza Groningen.


Berikut video penampilan Angklung group PPI Groningen dalam lagu Perfect.




Lagu Indonesia Pusaka - Vocal Group PPI Groningen


Indonesian day 2018 diselenggarakan pada 12 Mei 2018 di Convention Center & Conference Center Hanze Plaza Groningen.

Berikut video penampilan Vocal Group PPI Groningen dalam lagu Indonesia Pusaka. (BRT)







Lagu Indonesia Raya - Vocal Group PPI Groningen

Indonesian day 2018 diselenggarakan pada 12 Mei 2018 di Convention Center & Conference Center Hanze Plaza Groningen.


Berikut video penampilan Vocal Group PPI Groningen dalam lagu Indonesia Raya 3 stansa. (BRT)





Tari Baris - Kadek Dian Sutrisna

Indonesian day 2018 diselenggarakan pada 12 Mei 2018 di Convention Center & Conference Center Hanze Plaza Groningen.

Berikut video penampilan Kadek Dian Sutrisna dalam tari baris. (BRT)






Saturday, 5 May 2018

Bevrijdingsdag di Groningen

Bila anda berkesempatan mengunjungi Belanda pada bulan Mei, sediakan waktu anda menikmati rommelmarkt pada Bevrijdingsdag.  


Hari pembebasan  (=bevrijdingsdag) yang dirayakan tiap 5 Mei, merupakan peringatan bagi rakyat Belanda terhadap berakhirnya pendudukan Nazi-Jerman selama perang dunia kedua. Sebagai hari libur nasional, masyarakat Belanda merayakan dengan cara yang cukup unik. Biasanya mereka berkumpul di tanah lapang dan menyelenggarakan semacam pasar tiban yang menjual barang-barang loakan, orang Belanda menyebutnya sebagai rommelmarkt atau pasar rombengan. Mereka menjual barang-barang yang sudah tidak dipakai lagi di rumahnya dengan harga yang sangat murah. Bagi anda pecinta barang antik, bisa jadi anda akan menemukan barang-barang yang bernilai mahal dengan harga yang berkebalikan. Hari pembebasan di Groningen pada tahun 2018 ini, selain diselenggarakan dengan rommelmarkt juga  dimeriahkan dengan berbagai pertunjukan seperti sirkus yang dilakukan oleh anak-anak, musik oleh grup band lokal juga berbagai workshop. Saksikan kemeriahan bevrijdingsdag Groningan pada video dibawah ini, selamat menikmati! (BRT)


Saturday, 28 April 2018

“Bezoek” ala keluarga raja di Koningsdag Groningen

Apa yang terjadi bila raja ulang tahun  dan bagaimana kemeriahan kota Groningen menjadi begitu oranye menyambut kedatangan  raja beserta keluarganya ? Simak catatan bezoek raja di kota paling ujung utara Belanda ini.


Perayaan ulang tahun raja (Willem-Alexander) tahun 2018 ini terasa lebih istimewa mengingat belum tentu setahun sekali raja beserta keluarganya mendatangi kota ini. Kemeriahan pesta disepanjang jalan, panggung-panggung hiburan, karnaval dan bazaar barang secondhand (vrijmarkt) dilakukan dalam dua hari ini. Hampir semua toko  memajang barang-barang serba oranye. Bendera triwarna selalu dipasangkan dengan pita oranye diatasnya berkibar dimana-mana.



Perayaan Koningsdag (hari raja) sendiri merupakan perayaan ulang tahun raja yang berkuasa saat ini. Meski sebagai hari libur nasional, tapi tanggalnya tidak tetap,  tergantung kapan lahirnya raja tersebut. Kalau saat ini dirayakan setiap tanggal 27 April. Tidak hanya tanggalnya saja, bahkan sebutan untuk perayaan tersebut juga tidak tetap, kalau yang berkuasa saat itu perempuan atau ratu tentu sebutannya juga beda, koninginsdag atau hari ratu.

Perayaan tahun ini - 2018 - di Groningen sangat meriah, karena tidak lain Raja beserta keluarga menyempatkan “blusukan” menemui warga Groningen. Rute perjalanan dimulai dari Prinsenhof dan berakhir di alun-alun vismarkt. Tidak lebih dari satu kilometer sebenarnya, sekitar tujuh menit jalan kaki, tapi karena jalannya dibikin muter-muter maka dua jam nyampainya. 


Meski kami sudah berangkat pukul 10 pagi, ternyata lokasi “jalan-jalannya”raja tersebut sudah dipenuhi manusia dengan segala atributnya yang bernuansa oranye. Dibatasi dengan pagar-pagar besi serta penjagaan dari pihak kepolisian, centrum kota Groningen benar-benar menjadi lautan manusia. Di beberapa titik perhentian keluarga raja tersebut akan bertemu dengan beberapa warga kehormatan kota Groningen seperti Ben Fieringa (peraih penghargaan Nobel 2016), Ronald Koeman (mantan pemain dan Pelatih timnas sepak bola sekarang) dan group band asal belanda yang nge-hits saat ini: Kensington.




Walaupun sebagian besar merayakan sukacita, namun tampak beberapa orang yang menyatakan ketidaksetujuan terhadap monarkhi yang telah berjalan berabad-abad tersebut. Hal ini tampak lumrah bagi warga Belanda, sebagai bentuk demokrasi menghargai pendapat yang berbeda. Beberapa warga lebih memilih untuk tidak peduli terhadap aktivitas ulang tahun raja. Tetapi, ada juga yang peduli menghadiri pesta rakyat tersebut, dengan protes ketidaksetujuan terhadap monarkhi yang telah berjalan kurang-lebih empat abad itu.

Demikian catatan kemeriahan kota Groningen merayakan ulang tahun rajanya. Bila mengunjungi Belanda pada bulan April, pastikan dalam agenda kalian untuk berbagi sukacita menyaksikan kemeriahan koningsdag. Bedankt! (Tj)




Mengapa Warna Oranye Dominan di Belanda?


Warna oranye begitu dominan di negeri Belanda. Mulai dari jersey timnas sepak bola hingga setiap rumah abila mengibarkan bendera merah-putih-biru, pada bagian atasnya akan dikibarkan pula pita berwarna oranye. Pada Koningsdag - hari ulangtahun raja- bahkan, bendera tri warna tersebut akan berdampingan dengan bendera warna oranye.



Kenapa warga memilih warga oranye, bukannya bendera belanda berwarna merah, putih dan biru? Asal usul warna oranye tidak lain karena raja yang berkuasa di Belanda sejak jaman abad limabelas hingga saat ini merupakan keturunan dari keluarga “Oranje - Nassau”.  Dimulai dari adanya pernikahan antara  pewaris tahta kerajaan Nassau (yaitu Hendrik van Nassau III) dengan perempuan dari kota  Breda. Mereka kemudian menguasai kerajaan Orange di Prancis. Suratan nasib berbicara, anak dari  raja Hendrik ini tidak mempunyai keturunan hingga akhirnya tahta jatuh kepada keponakan laki-lakinya yaitu Willem van Nassau atau lebih banyak dikenal sebagai Willem van Oranje. Dan raja yang bertahta saat ini adalah keturunan Willem van oranje.

Willem van oranje sendiri dianggap sebagai pendiri persatuan provinsi-provinsi di Belanda setelah melakukan pemberontakan terhadap Spanyol yang berkuasa saat itu. Perang melawan  klan  Spanish habsburg tersebut berjalan kurang lebih selama delapan tahun (1568-1648). Pada tahun 1580, dia memproklamasikan kemerdekaannya dari raja Spanyol. Empat tahun kemudian, tepatnya tahun 1584, proklamator kemerdekaan ini dibunuh oleh Balthasar Gerard dengan menembakkan pistolnya sebanyak dua kali di kota Delft. (Tj)


Sunday, 25 March 2018

Bahasa Indonesia yang diserap dalam Bahasa Belanda

Seringkali kita berpikir bahwa  banyak Bahasa Belanda yang diserap dalam bahasa kita. Namun apakah betul hanya Bahasa Belanda yang diserap dalam bahasa kita, bagaimana kalau sebaliknya? Tidak adakah Bahasa Indonesia yang diserap dalam Bahasa Belanda? Okey, saya ajak anda jalan-jalan di Groningen untuk mencari bukti bahwa Bahasa kita-pun juga diserap oleh mereka.


Perjalanan bersepeda (baca cara lidah jawa: “fiet-fiet-an”) langsung menuju arah jalan Gedempte Zuiderdiep. Daerah ini sebenarnya sudah masuk kawasan kota. Ada tiga tempat yang sering disinggahi orang Indonesia. Mungkin, yang bikin pertama kali  berkesan adalah pilihan namanya.  Yang pertama adalah Toko Melati. Pilihan kata “toko” apakah memang yang dimaksud sama dengan toko di Indonesia? Ternyata memang sama. Toko ini menjual semua bahan masakan yang bercita rasa asia, khususnya Indonesia. Dari sachet bumbu dapur hingga tahu-tempe. Tidak hanya bahan mentah, makanan kecil khas Indonesia juga tersedia seperti lumpia, risoles, kue lapis dan lain-lain. Beberapa pekerjanya juga bisa berbahasa Indonesia,’medhok’ Surabaya.


Persis diseberang Toko Melati ada Toko Semarang. Meski menyandang nama sama-sama toko, tetapi toko yang satu ini menjual makanan siap santap. Menu yang ditawarkan tentu saja menu Indonesia. Istilah dalam jenis menu makanannyapun sebenarnya dalam Bahasa Belanda. Tetapi karena istilah yang dipakai sebagian besar sama padanannya dalam Bahasa Indonesia, maka  kita tidak perlu membawa kamus untuk menebak apa maksudnya. “Nasi rames: witte rijs met vlees, sambal goreng bontjis, sayur lodeh, tahutempe ketjap, sambal goreng tempe kering, sambal goreng telor, atjar ketimun, serundeng en krupuk.” Beberapa chef-nya kami kenal. Ada yang asli Jawa Timur adapula dari Manado. Jadi memang cita-rasanya sesuai dengan lidah orang Indonesia, pedas dan kuat dengan bumbu rempahnya.


Sederet dengan Toko melati ada “Warung Jawa”. Kalo warung ini tampaknya dimiliki oleh orang keturunan Jawa kelahiran Suriname. Seperti yang kita ketahui dalam sejarah memang antara Jawa, Suriname dan Belanda mempunyai hubungan erat. Meski menyandang nama Jawa, tampaknya tidak banyak pekerjanya yang bisa berbahasa Jawa apalagi Bahasa Indonesia. Kami sekeluarga kadangkala mengunjungi warung ini. Meski menyajikan banyak menu, tetapi yang menjadi “champion” adalah saoto-nya. Saoto, menurut kami, adalah sebutan untuk soto (ayam). Untuk membedakan dengan soto di Jawa kami lebih suka menyebutnya dengan Soto Suriname.  Soto suriname itu seperti soto ala Jogja atau Solo, kuahnya bening dengan sedikit tauge. Tentu saja ada tambahan satu telur utuh dan daging ayam. Yang menjadi ciri khas dari soto suriname adalah irisan kentang tipis-tipis dengan mihun yang digoreng! Namun ada satu menu yang membuat kami penasaran namanya “chudangan”. Kami berpikir keras kira-kira apa ya maksudnya? Setelah membaca keterangannya dikatakan chudangan: pittige groenteschotel met cocos en ei. OOOOalaaaaaah….ternyata itu yang dimaksud Gudangan. Itu lho, makanan sayur segar yang ditaburi parutan kelapa dan telur rebus. Biasanya dipincuk (pakai daun pisang) dan dijual di pasar-pasar tradisional di Jogja dan Jawa Tengah. Chudangan!



Nah, betul kan, saya yakin istilah-istilah yang saya sebutkan itu memang dari kata Bahasa Indonesia (dahulu melayu). Atau setidaknya dari Pulau Jawa. Lagi-lagi ada sebuah artikel menarik. Judulnya “Top 50 – Nederlandse woorden uit het Maleis & Indonesisch” karangannya Enne Koops. Dalam tulisannya, dia bilang setidaknya ada 109 kata Bahasa Belanda yang diserap dari Bahasa Indonesia (=melayu) serta beberapa kata dari Bahasa Jawa. Yang menarik ternyata,  kata-kata serapan ini datang dalam Bahasa Belanda secara bergelombang. Sebagian besar istilah-istilah ini masuk pada abad ke-19 hasil interaksi para pelayar Belanda yang pernah mengunjungi Hindia-Belanda. Angka ini terhitung sangat kecil dibandingkan dengan 8 ribu istilah Bahasa Belanda yang diserap dalam Bahasa Indonesia (dan Jawa?).

Berikut saya tunjukan beberapa kata Bahasa Belanda, silahkan kalian menebak apa artinya. Saya mulai dari istilah bahan makanan dulu: ketjap, sate, nasi goreng, pisang, kroepoek, sago, loempia, bami, babi pangang. Bagaimana, ada yang tidak tahu artinya? Sekarang tebak lagi, apa artinya kata-kata berikut ini; pienter, piekeren, branie, amok, rampokken, mataglap, senang, soesa.  Masih penasaran lagi? Coba artikan yang ini: toko, klewang, sarong, koeli, kakkies, prauw, orang oetan, klamboe, goeroe dan lain-lain, dan lain-lain.


Oke itu dulu acara “pit-pitan”-nya keliling Groningen. Jangan lupa mampir toko dan warung yang sudah disebut diatas. Nggak perlu bawa kamus, cukup duduk manis dan nikmati sajiannya. Yang penting “Pe-de” abis  pesen makanannya, apalagi setelah baca tulisan ini. Tot Ziens! (BRT)

Praktik Baik Vaksinasi yang Inklusif dan Aksesibel bagi Penyandang Disabilitas

oleh  Buyung Ridwan Tanjung Vaksin COVID-19 kini menjadi kebutuhan penting masyarakat. Untuk itu, baik pemerintah dan masyarakat sipil bahu ...